“Gabriella” begitulah aku biasa di sapa oleh orang lain. Nama itu merupakan nama dari salah satu malaikat Tuhan yang menyampaikan kabar gembira, yaitu malaikat Gabriel, namun karena aku seorang gadis maka dipilihlah nama Gabriella oleh orangtuaku. Kedua orang tuaku sangat berharap bahwa agar aku dapat tumbuh menjadi anak yang berguna dan kehadiranku diterima serta membawa kegembiraan bagi orang di sekitarku, seperti halnya malaikat Gabriel.
Aku amat sangat senang dengan Bintang, entah mengapa bila melihat ciptaan Tuhan yang satu ini hatiku merasa senang, segala gundah gulana yang menyelimuti diriku seolah-olah mengilang kala aku memandang Bintang. Satu hal yang membuatku amat menyukai Bintang, yaitu sahabatku, yang bernama Fransiska. Cerita bermula ketika, aku dan Siska (panggilan akrab Fransiska) sedang asyik bermain bersama, dan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dalam benakku pun terjadi.
“ Gabi, mungkin ini akan menjadi pekan terakhir kita untuk bersama” kata Siska mengawali pembicaraan.
Kata-kata Siska tersebut membuatku bingung dan keheranan, mengapakah dia berakata demikian ??
“aa...aapaa ?? aku tidak mengerti maksudmu Sis, sungguh” jawabku.
“ehmmm.....” !! Siska hanya menghela nafas panjang tanpa menjawab pertanyaanku, aku pun bertanya lagi padanya.
“Sis ?? ada apa ?? mengapa ini menjadi pekan terakhir kita ??” kataku penuh tanya.
“huft...kamu tahu Gab, bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semua hanyalah sementara. Namun berjanjilah Gab bahwa persahabatn ini tak akan lekang oleh waktu”
“iyaa Sis aku tahu, lantas apa hubungannya dengan pernyataanmu tadi ?? aku masih tidak mengerti”
Siska hanya tersenyum kecil dan menggenggam jemariku erat-erat sambil berkata
“Kamu teman terbaikku Gab, makasih banyak ya atas semuanya” ucap Siska lantas mengembangkan senyumnya yang penuh misteri.
********
Hampir 5 hari ini aku tidak bertemu Siska, rumahnya pun tampak seperti pemakaman. Tak ada kabar apapun yang aku terima dari Siska, sampai pada akhirnya, kabar mengejutkan pada sabtu sore.
“ aaaaa....pppaaaa ??? Siska kritis ??? bagaimana bisa ??” teriakku tidak percaya.
“iyaa sayang, Siska sedang berjuang sekarang, kamu berdoa yang terbaik buta dia yaa!!” kata ibuku seraya mengelus rambut hitamku.
Aku hampir tidak percaya, Siska sedang di rawat di rumah sakit, dia mengidap penyakit kanker jaringan lunak, dan kini dia tak sadarkan diri. Akupun langsung menuju ke rumah sakit. Sesampainya di sana dokter melarangku untuk masuk ke kamar dimana Siska di rawat. Aku pun hanya bisa melihat Siska dari balik pintu dengan air mata yang terus berlinangan tanpa bisa ku bendung.
“Siska tak sadarkan diri setelah menjalani kemoterapi untuk menyembuhkan kankernya, karena obatnya terllalu kuat tubuh Siska menolak obat kemoterapi yang masuk, dan menyebabkan ia tak sadarkan diri” cerita ibu Siska sambil berlinangan air mata.
“ta..taapii tante, mengapa kemoterapi tetap di teruskan bila tubuh Siska menolak obat kemoterapi tersebut ??” tanyaku tak percaya.
“Awal mulanya tubuh Siska merespon dengan baik obat kemoterapi, entah apa yang terjadi setelah menjalani kemmoterapi pada tahap kedua tubuhnya menolak obat-obat tersebut, hingga ia tak sadarkan diri”
Aku tak bisa berbuat dan berkata apa-apa lagi, hanya menangis, menangis dan terus saja menangis, itulah yang dapat kulakukan. Mengapa juga Siska tidak pernah cerita padaku bahwa ia menderuta penyakit ganas ?? Tanyaku dalam hati.Namun nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi, hanya doa dan usahalah yang dapat menolong Siska. Aku pun berharap Keajaiban akan segera mengahmpiri Siska.
*******
Genap sepekan sudah Siska di rawat di rumah sakit, dan belum juga menunjukkan kondisi baik, bahkan keadaannya semakin memburuk, sampai pada akhirnya....
“Maaf pak dan bu sebelumnya, tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penyakit itu terlalu ganas, dan kami kehilangan dia....” kata salah seorang dokter kepada orangtua Siska.
Sontak air mataku pun mengalir begitu derasnya tanpa bisa aku membendungnya. Orangtua dar Siska pun sangat terpukul atas kejadian ini. Aku masih tidak percaya bila Siska telah pergi meninggalkanku untuk selamanya.
******
Di pemakaman....
Aku pun masih memandangi batu nisan yang bertuliskan sahabat terbaikku, sahabat yang telah mewarnai hari-hariku dengan sejuta warna.
“Sis...secepat inikah kamu meninggalkanku ?? katamu kamu akan mengajakku melihat bintang dan bulan purnama, tapi kini kau telah pergi, pergi dan tak akan kembali lagi” kataku dalam hati sambil menangis sesenggukan.
“Gabi....”
Suara tersebut menyadarkanku dari semua kenanganu dengan Siska, suara tersebut tak lain dari ibu Siska. Beliaupun menghampiriku sambil menyodorkan sebuah kotak kecil dengan cover Bintang.
“aa..ppaa ini tante ?? tanyaku.
“Ini buku diary Siska, Siska meminta tante untuk menyerahkan ini padamu, dia juga meminta maaf karena tidak dapat menepati janjinya untuk menemanimu lagi dan dia juga berterima kasih karena kamu telah menjadi teman terbaiknya selama ini. Ini ambillah !!”
“makasih tante” jawabku sambil menyeka air mata yang jatuh di pipiku.
Malam harinya....
Malam ini adalah bulan purnama, Hari dimana seharusnya Siska menemaniku untuk melaukan pengamatan tentang bulan purnama dengan teleskopku. Aku pun membuka dan mebaca lembar-per lembar halaman buku diary Siska di temani bulan dan bintang-bintang yang menghiasi malam..Aku pun tak kuasa menahan air mata yang jatuh ke pipiku saat aku membaca tulisan terkhir Siska, yang berisi....
Gab...maafin aku yaa, aku tidak pernah jujur padamu soal peyakitku ini, asal kamu tahu aja kamu adalah sahabat terbaikku yang pernah aku miliki, oleh karen aittulah aku tidak pernah cerita soal penyakittku ini, aku tidak ingin membuatmu bersedih karena memikirkan hidupku yang entah akan bertahan sampai kapan....
Aku harap kamu tidak marah padaku karena aku tidak dapt menemanimu untuk melakukan pengamatan terhadap bulan purnama.
Oya Gab, bila nanti nyawaku tak lagi bersama dengan jiwa ini, aku harap kamu akan selalu mengingatku. Walau aku pergi, tapi aku akan selalu ada untuk kamu yaitu di dalam lubuk hatimu. Seperti halnya Bintang, walau kadang tak terlihat karena tertutup awan mendung, tapi kamu tahu bahwa Bintang tetap ada di sana. Begitu pula denganku, walau aku nantinya pergi tapi kamu tahu bahwa aku selalu ada untukmu teman.
Terima kasih karena kamu mau menjadi sahabat terbaikku, selalu ada saat aku butuh bantuan, sekali lagi terima kasih Gab....Aku sayang kamu teman J
Lovely
Fransiska
Perlahan ku tutup buku tersebut dan ku dekap
“Aku juga sayang kamu sis,makasih karena kamu telah mewarnai hidupku ini, makasih untuk semua” ucapku.
Malam itu bintang bersinar terang, dan aku yakin kamu juga tahu Sis, Bintang yang bersinar itu melambangkan persahabatan kita.
0 komentar:
Posting Komentar