Tok-tok-tok.
Suara pintu kamarku. Seseorang mengetuk
pintu kamarku. Dengan malas aku membuka mata, kulihat jam di dinding kamarku.
Pkl. 06.00.
“sayang..ayo cepat bangun, sudah siang
nihh...” kata mama dari luar.
“ma..........pliss dehh ma, inikan hari
minggu, Bintang masih nagntuk nihh ma, mumpung nggak ada tugas kampus nihh ma”
“Sebaiknya kamu lekas mandi sayang, mama
dan papa sebentar lagi mau berangkat”
Dengan langkah malas kubuka juga pintu
kamarku.
“mama dan papa mau kemana ??”
“kami mau berangkat ke New York sayang,
kok kamu lupa sihh..kan mama udah cerita kemarin lusa.
“astaga...kok aku bisa lupa sihh ma”
“dasar kamu ini, apa sihh yang kamu
ingat sayang ?? sepertinya kamu mulai terserang penyakit pikun yaa ??”
“ihh...mama apa-apain sihh”gerutuku.
“hahaha..mama bercanda sayang, ya sudah
mandi sana.....ikut anterin mama dan papa ke bandara ya”
“okelah ma”
Setelah mandi dan sarapan bersama, aku
pun ikut menagntar kepergian mama dan papa menuju New York. Papaku seorang
bussinesman dan selalu bepergian ke luar kota bahkan ke laur negeri. Mama
dengan setia selalu mendampingi papa saat papa bekerja. Sementara aku ?? aku
ditinggal sendiri di rumah, hanay dengan mbok inem, pembantu kami yang sudah
kami anggap layaknya saudraa sendiri, dan pak Slamet sopir setia keluargaku
sekaligus suami mbok inem. Aku selalu merasa sepi di rumah, terkadang aku
memikirkan mengapa aku terlahir sebagai anak tunggal ??
Sesampainya
di bandara Juanda
“jangan nakal yaa sayang... baik-baik ya
selam di rumah” nasihat papa.
“mama janji bakal sering menelponmu,
agar kamu nggak kesepian”
“tapi...tetep aja ma, Bintang butuh
teman untuk ngobrol”
“kan ada mbok Inem dan pak slamet di
rumah” kata papa.
“tapi..kan pa.....”
“ssstt....sudahlah sayang. Kami tidak
akan lama kok, jaga diri kamu baik-baik ya sayang, kalau ada apa-apa segera
hubung mama atau papa” ucap mama sembari membelai rambutku.
“baik ma.”
“kami sayangggg....... sama Bintang”
ucap mama papa bersamaan.
Aku pun memeluk mama dan papa “Bintang
juga sayang...sama mama dan papa, sayanggg banget”
“kami berangkat ya sayang” kata mama.
Hanya sepi kini yang menyelimuti
tubuhku. Aku pun meminta pak Slamet untuk mengantarku pulang.
Tak terasa, sudah 2 minggu papa dan mama
meninggalkanku di rumah hanya dengan mbok Inem dan pak Slamet. Hari ini mama
dan papa akan pulang. Aku pun bersiap-siap menyambut kedatangan mereka.
Sesampainya
di Bandara...
“mama....papa......., Bintang kangen
sama kalian” ucapku manja.
“hay sayang...apa kabar ?? baru juga di
tinggal 2 pekan. Udah kangen” timpal papa seraya mengecup keningku.
“bagaimana keadaan rumah sayang ??
baik-baik aja kan ?? kamu merepotkan mbok Inem dan pak Slamet nggak ??” tanya
mama, bak mengintograsi maling.
“ihh mama apa-apaan sihh, bintang nggak
ngrepotin mbok Inem dan pak Slamet kog, iya kan pak ??” tanyaku pada pak
Slamet.
“ohh..ehhmm..enggak kok nyonya, non Bintang sam sekali nggak merepotkan kok.” Jawab pak Slamet seraya memasukkan koper-koper mama ke dalam bagasi mobil.
“ohh..ehhmm..enggak kok nyonya, non Bintang sam sekali nggak merepotkan kok.” Jawab pak Slamet seraya memasukkan koper-koper mama ke dalam bagasi mobil.
“ya sudahh..ayo kita pulang, tadi mbok
Inem udah nyiapain makanan untuk mama dan papa” timpalku lagi.
Mobil yang kami kendarai pun segera
meluncur memecah jalanan di kota pahlawan ini, yang pada siang ini tidak begitu
padat apalagi macet.
4
hari kemudian.....
“pa....memangnya perjodohan anak kita
dengan anak teman papa itu jadi ya??” tanya mama suatu malam pada papa di ruang
tamu.
“tentu jadi donk ma, kan papa tidak mau
anak kita satu-satunya itu, jatuh di tanagn lelaki yang nggak jelas
asal-usulnya” jawab papa ringan.
“bagus kalau begitu pa, tapi.....” pertanyaan
mama menggantung.
“tapi apa ma ??”
“ini kan bukan jamannya siti nurbaya
lagi, kalau nanti Bintang nggak setuju gimana donk pa ??”
“nggak mungkin ma, Bintang pasti
menyukai anak teman papa ini. Udah cakep, seorang pengusaha muda yang sukses
pula. Kurang apa coba ??”
“ehmm....tapi hati itu kan nggak bisa
dipaksakan pa, tapi mama mendukung sajalah rencana papa. Asalkan yang terbaik
untuk Bintang”
Percakapan mama dan papa barusan
membuatku ngilu dan terkejut. Aku sengaja bersembunyi sambil mendengarkan perkataan
mama dan papa barusan. Berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa perkataan
mereka hanyalah lelucon belaka. Atau semua ini hanyalah mimpi belaka, bila ini
mimpi aku berharap segera bangun dan tidak berharap emmeimpikan hal ini lagi.
Namun sia-sia saja usahaku, karna ini NYATA bukan mimpi. Terbersit rasa
berontak di hatiku. Benar kata mama ini bukan lagi jaman siti nurbaya, aku
sudah beranjak dewasa dan berhak untuk menentukan pilihan hidupku sendiri. Aku
bukan lagi anak kecil. Tiba-tiba.....
“Bintang...bintang....papa mau ngobrol
sama kamu sebentar, kamu sibuk ya??” teriak papa. Beliau tidak menyadari bahwa
semenjak tadi aku berdiri mematung di tangga.
“ehmm....i..ii..iya pa , bentar” jawabku
gelagapan. Aku pun segera menuruni tangga dan duduk di antara kedua orangtuaku.
“Ada apa pa ?? kog tumben papa ngajak
Bintang ngobrol serius begini”
“karna ini penting untuk masa depanmu
sayang”.jawab papa. Masa depan ??? apakah yang hendak orangtuaku bicarakan ??
tentang studikah ?? tentang pekerjaan kah ?? atau jangan-jangan.....”
“oya ?? tentang apa pa ??”
“papa berencana akan menjodohkan kamu
dengan anak teman papa. Kemungkinan minggu depan mereka akan berkunjung kemari.
Jadi papa harap kamu menyetujui rencana papa ini. Karna ini juga papa lakukan
demi kamu sayang” jelas papa
“a...a..apa papa bilang ?? papa pasti
bercanda yaa ?? hahaha...lelucon yang bagus pa” jawabku denagn tawa yang
dipaksakan.
“tidak sayang, papa serius dengan
pembicaraan papa barusan”
“tapi kan pa, ini bukan jaman siti
nurbaya lagi. Emang masih ada yaa jodoh menjodohkan anak ?? Enggak pa Bintang
nggak mau” ucapku terisak.
“sayang...ini demi kebaikanmu” ucap mama
lembut.
“enggakk...pokoknya enggak mau...Bintang
nggak mau, Bintang benci dipaksa”
“Ini sudah keputusan papa Bintang. Kamu
harus menurutinya !!” bentak papa tegas.
“tapi pa.....” aku tidak dapat
melanjutkan kalimatku, karena kupikir percuma berdebat dengan papa.
“tidak ada tapi – tapian bintang”
Aku segera berlari, meninggalkan kedua
orangtuaku. Aku menangis sejadi-jadinya di kamar. Aku merasa bagaikan anak
kecil yang tidak mampu berbuat apa-apa dan harus mentaati setiap perkataan
orangtuaku.
Tok-tok-tok
“Bintang sayang...mama boleh masuk ??”
Aku tidak menjawab panggilan mama, dan
mama terus menerus merayuku untuk membukakan pintu, hingga hatiku luluh juga
untuk membukakan pintu untuk beliau.
“kenapa mama dan papa melakukan ini ??
Bintang sudah besar ma, Bintang bukan anak kecil lagi. Bintang ingin menentukan
hidup Bintang sendiri. Termasuk pendamping hidup Bintang kelak” curhatku kepada
mama.
“mama tahu sayang, ini mungkin terasa
begitu berat bagimu. Tapi tujuan papamu itu untuk mencari yang terbaik bagimu
sayang. Papa dan mama tidak rela bila malaikat satu-satunya ini jatuh ke tangan
laki-laki yang salah”
“Memang ma, selama ini Bintang belum
pernah mengenalkan teman spesial kepada mama ataupun papa. Karna memang sampai
sekarang Bintang belum menemukan orang yang tepat. Bintang janji, Bintang tidak
akan sembarangan memilih pasangan hidup ma, asal jangan menjodohkan Bintang”
“sayang.....mama tahu dan mama percaya
padamu. Namun ini sudah menjadi permintaan papamu sayang. Papamu ingin sekali
melihat kamu berjalan menuju altar dengan pria yang benar-benar tepat
bagimu.Tidakkah kamu ingin menuruti keinginan terkahir papamu ini sayang ???”
“Keinginan terakhir ?? ma..mam..maksud
mama apa ??”
“Setelah kamu tidak lagi bersama kami,
kamu tentunya tidak akan menuruti keinginan kami lagi sayang. Mama dan papa
juga tidak bisa seenaknya menyuruhmu ini itu lagi. Karna kamu sendirilah yang
akan menentukan hidupmu”
Keesokan
harinya.....
Kejadian semalam masih terus menerus
membanyangiku. Hingga tiba-tiba saja sebuah pikiran yang tidak pernah aku
pikirkan sebelumnya terlintas dibenakku. Kabur dari rumah. Yaa pikiran itu kini
mulai mengahantuiku. Tidak-tidak aku tidak boleh melakukan itu. Aku tidak ingin
membuat orangtuaku kecewa. Aku tidak mau disebut anak durhaka.
Beberapa
hari kemudian....
Pikiran jelekku untuk kabur dari rumah
terus menerus menhantuiku beberapa hari ini. Bahkan semakin menjadi-jadi. Hingga
akhirnya, tekadku telah bulat. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Apalagi
melihat sikap papa yang terus menerus mendesakku untuk menuruti keinginannya.
Dan mama ?? mama tidak pernah sedikitpun mau memperjuangkan aku. Padahal mama
sendiri tidak begiru setuju dengan rencana papa atas perjodohan ini. Namun
sudahlahh...tohh tidak akan ada yang mendengar suara hatiku.
Aku berjalan, dan terus berjalan tanpa
arah tanpa tujuan. Hanya mengikuti langkah kaki ini. Aku merasa asing dikota
kelahirannku ini. Padahal aku lahir dan besar di kota ini kota pahlawan
tercinta ini. Namun belum pernah aku sendirina menyusuri jalanan dikota ini
seorang diri. Karena dari kecil bila mau kemana-mana ada pak Slamet yang selalu
setia menemaniku. Jadi aku tidak pernah bersentuhan dengan kendaraan umum. Aku
pun berhenti di sebuah halte bus yang sepi. Hanya ada aku dan seorang pria
asing yang berpakaian layaknya preman. Ataukah itu memang preman ?? Entahlah
aku berusaha berfikir positif. Namun sesuatu yang buruk terjadi........
“ehh......maling-maling...TOLONG...TOLONG......TOLONG......”
aku berteriak histeris saat tas yang kubawa di bawa kabur oleh preman tersebut.
Dan Tuhan pun menolongku. Ada seorang
pria yang kebetulan sedang melintas, lantas mengejar preman tersebut.
Perkelahian pun terjadi antara preman dan pemuda tersebut. Pemuda tersebut
berhasil merebut tasku dari tangan sang preman berkat keahlian bela dirinya.
“ini tasmu...lain kali hati-hati ya”
ucap pemuda itu ramah. Kalau dilihat – lihat, pemuda ini keren juga. Dan umurnya
pun aku perkirakan hanya 2 tahun diatasku.
“ehmm...i..i..iya..makasih banyak
ya....ehm....sorry nama kamu siapa ??” tanyaku seraya mengulurkan tangan
“oh..namaku Arga. Kamu ??” jawab arga
seraya menerima uluran tanganku
“aku Bintang. Sekali lagi makasih ya
arga” ucapku tulus.
“iya..sama-sama...ehmm...by the way,
kamu mau kemana bin ??”
“ehmm....engg..enggak tau ga, aku
bingung”
“hah ?? what ?? bingung....bingung
gimana maksudmu ?? kamu kesasar yaa ??”
“bukan...bukan gitu......sebenarnya
aku....” Entah emnagpa saat itu aku ingin sekali menceritakan semua masalahku,
aku pun menceritakan pada Arga. Walau kami baru saja bertemu, namun sikap ramah
Arga membutaku nyaman untuk menceritakan semuanya.
“ehmm....begitulah ga” ucapku mengakhiri
cerita.
“ohh...lalu kamu mau kemana dan mau
ngapain sekarang ??”
“entahlah ga, aku sendiri bingung.
Menurutmu aku harus gimana ??”
“ehmm......ikut gue yukk”
“kemana ???”
“kita jalan-jalan, tapi naik angkutan
umum, mau nggak ?? gue yang bayarin dehh.....ya siapa tahu bisa menghibur
hatimu sejenak”
“ehmm....boleh....lagian aku juga belum
pernah naik, angkutan umum. Bus kota maupun kendaraan umum lainnya”
“astaga ???? kamu memang anak rumahan
yaa...ya udah dehh, gue nitipin sepeda motor gue dulu yaa”
Aku dan Arga pun menghabiskan waktu
bersama sepanjang siang, kami jalan-jalan di taman bungkul, mengunjungi tugu
pahlawan, dan lain sebagainya. Ya Arga benar, aku bisa melupakan sejenak
masalahku.Hingga tak terasa hari telah malam. Saat itu kami sedang di sebuah
taman kota, memandang indahnya langit malam surabaya.
“pulang yukk.....udah malam nihh, aku
antar kamu pulang yaa” tawar Arga.
“hah ??? tapi ga......”
“kenapa ?? kamu mau tidur di jalanan ???
enggak kan ?? makanya pulang yukk”
“Kalau ntar mama dan papa marah gimana
ga ??”
“Bintang...denger yaa, segala yang kita
perbuat, apapun keputusan kita selalu ada resiko yang mengiringinya. Dan kamu
harus belajar untuk bertanggung jawab atas keputusanmu” nasihat Arga.
aku meresapi kata-kata Arga barusan. Memang benar apa yang diaktakan Arga barusan. Aku harus belajar bertanggung jawab atas ulah dan keputusanku. Karna itulah yang akan membuat kita menjadi lebih dewasa.
aku meresapi kata-kata Arga barusan. Memang benar apa yang diaktakan Arga barusan. Aku harus belajar bertanggung jawab atas ulah dan keputusanku. Karna itulah yang akan membuat kita menjadi lebih dewasa.
“ehmm..baiklah ga, ayo kita
pulang.....ehmm...kamu mau kan anterin aku pulang ??”
“boleh..kenapa enggak ?? “
Aku memutuskan untuk turun di depan
gerbang perumahan rumahku saja. Aku takut bila Arga mengantarku smapai rumah,
papa akan memarahi Arga dan melarang kami untuk berteman. Arga pun menuruti
keinginanku. Setelah mengucapkan terima kasih, Arga berlalu dariku. Aku pun
segera pulang, dan meminta maaf kepada kedua orang tuaku. Aku sudah siap dengan
segala resikonya nanti bila papa memarahiku karna aku kabur dari rumah, namun
yang terjadi justru sebaliknya.
“astaga Bintang sayang..dari mana aja
kamu sayang ?? mama dan papa khawatir sama kamu” ucap mamaku, setelah melihat
kepulanganku.
“ehmm....maafin Bintang ya ma, pa, nggak
seharusnya Bintang bertingkah kayak anak kecil gini. Bintang sadar
kalau.......”
“sudahlah sayang, seharusnya papa yang
harus minta maaf, papa terlalu egois sama kamu. Tapi itu semua papa lakukan
demi kamu sayang”
“Bintang tahu pa, maka dari itu.....ehmm
Bintang mau kok rencana perjodohan itu dilanjutkan” ucap Bintang setengah berat
hati.
“be..benarkah itu sayang ????
wow.....itu baru anak papa” kata papa lantas memelukku.
Keesokan
harinya di rumah Arga.....
“woe....loe kenapa bro bengong aja dari
tadi ??” tanya Alex.
“eh..ehmm..enggak kok kak,
nggakpapa.hehehe” jawab Arga cengengesan.
“Huuu...pasti boong, kalau nggakpapa kog
senyum-senyum dari tadi....loe lagi kasmaran yaa ??” selidik Alex
“hah ???ehmmm.....gimana ya ?? gue
sendiri juga bingung kak.”
“kok bingung ??”
“Jadi gini kak, tadi siang.........”
Arga pun menceritakan peristiwa yang ia alami tadi siang bersama Bintang. Mulai
dari awal mereka bertemu, sampai akhirnya Arga mengantar Bintang pulang. Semua
ia ceritakan pada Alex, kakak semata wayangnya.
“owh..jadi gitu, pantesan loe
senyum-senyum aja dari tadi. Oya anyway dia cantik nggak ?? dia amu nggak sama
loe ?? kalau ogah, biar sama gue aja. Gimana tuhh bro ??”
“ishh..kakak apa-apain sihh, dia bukan
mainan taukk. Lagian kakak ngapain masih nyari cewek sihh ?? bukannya papa udah
menjodohkan kakak sama anak temen papa ??”
“yaa itu sihh...kalau dia amu, kalau dia
ogah gimana coba ?? gue sihh nyantai bro”
“yee....oya kak, Bintang itu unik kak,
dia beda sama cewek yang lain”
“waduhh..kayaknya ada yang lagi jatuh
cinta pada pandangan pertama nihh..hahhahah”
“Biarinn.....kakak sirik aja”
Hari
Minggu Malam, 2 minggu pasca peristiwa kaburnya Bintang
Hari ini merupakan acara yang
ditunggu-tunggu oleh papa, namun tidak demikian dengan aku. Walaupun aku telah
menyatakan mau untuk mealngsungkan perjodohan ini, namun hatiku masih menolak
untuk mengatakan ‘yes i do’.
“sayang...buruan dandannya, bentar lagi
Om Rama dan keluarganya datng lho” teriak mamaku dari luar kamar.
“ii..iiya ma, bentar”
Tak lama kemudian keluarga om Rama pun
tiba, Papa tampak berbasa-basi dengan om Rama, aku pun berusaha ramah dengan
beliau. Karna aku tidak ingin membuat papa malu.
“kenalkan pak ini anak saya, Bintang”
ucap papa memperkenalkanku.
“Malam om, tante....saya Bintang”
“wah wah...kamu cantik sekali bintang,
tidak ada yang berubah ya kamu. Waktu masih kecil dulu kamu cantik, sekarang
malah makin cantik” puji Om Rama.
Om Rama pun memanggil seseorang, untuk
masuk. Dan betapa terkejutnya saat aku mengetahui sosok pemuda yang belum
hilang dari ingatanku. Arga
“Argaa.....”
ucapku.
“Bin..bintang”
“Kog...elo disini ???”
“ehmm...gue ikut bokap gue, kalau elo
??”
“ini rumah gue ga, ja ja jadi selama ini
papa mau menjodohkan Bintang dengan Arga ??” tanyaku pada papa.
“ehhmm....ini salah paham bintang, om mau menjodohkan kamu sama Alex, anak om yang pertama.”
“ehhmm....ini salah paham bintang, om mau menjodohkan kamu sama Alex, anak om yang pertama.”
Aku pun berlari, keluar dari ruang tamu,
aku pun menangis di teras depan rumahku”
“gu..gue nggak tau kalau ini rumah elo,
dan gue nggak tahu kalau bokap gue mau jodohin elo sama kak Alex”
Aku pun masih menangis saat Arga
menyusulku ke teras.
“so...sorry kalau gue ganggu kalian
berdua. Tapi gue Cuma mau jelasin. Jadi ini ga cewek yang namanya Bintang yang
elo ceritain ke gue kemarin ??” tanya Alex pada Arga.
“iya kak”
“ehmm...dia lebih cocok sama elo dehh,
lagian dia nggak suka kan sama gue ?? iya kan bin ??”
“hah...bu..bukann gitu kak....”jawabku
terbata-bata/
“ssstt....gue tahu kok. Kalian itu emang
udah seharusnya dipersatukan. Oke ?? sekarang gini dehh, gue bakal bilang ke
papa kalau Bintang milik loe, bukan gue. Lagian kan dari awal gue juga udah
bilang, kalau gue nggak begitu ‘ngeh’ sama ni rencana. Binatng bukan tipikal
gue” jelas Alex.
“jadi ??? kakak.....”pertanyaan Arga
menggantung.
“udahh...yukk kita masuk, gue mau bilang
ke papa”
“ehmm...pa ma, Alex minta maaf
sebelumnya, kayaknya yang mesti dijodohin itu Arga deh, bukan Alex. Karna Arga
yang sayang sama Bintang, bukan Alex. Dan tampaknya Bintang juga suka sama
Arga. Mereka cocok lhoh” Alex memberikan pengumuman.
“ehhmm....mohon maaf pak sebelumnya.
Aduhh saya jadi tidak enak sama keluarga anda. Tadikan yang mau dijodohkan
putri bapak dengan Alex, namun Argalah yang menyukai putri bapak” ucap om Rama
sedikit sungkan kepada papa.
“ohh..tidak apa-apa pak, dengan Alex
amupun dengan Arga, bagi keluarga kami itu sama saja, asalkan Bintang bahagia.
Sekarang bagaimana denganmu Bintang ??” jawab papa
“ehmm...bintang...mau kok pa, kalau sama
Arga. Arga jugalah yang menolong Binatng beberapa waktu lalu” ucapku malu-malu.
“nahh....dengan demikian gue harap elo
bisa bahagiain Bintang bro, jangan kecewain dia. Oke ??” kata Alex, seraya
menaytukan tanganku dengan tangan Arga.
“gue janji...bakal buat dia bahagia”
jawab Arga tegas.
Semua yang hadir pun ikut merasakan
bahagia yang tengah kurasakan kini. Sepertinya Tuhan menjawab doa papa.
SEKIAN
2 komentar:
uhuhuhuu :')
it mean you like it ???
Posting Komentar