Subscribe:

Jumat, 08 Maret 2013

Cerita Tentang Bintang


Tok-tok-tok.
Suara pintu kamarku. Seseorang mengetuk pintu kamarku. Dengan malas aku membuka mata, kulihat jam di dinding kamarku. Pkl. 06.00.
“sayang..ayo cepat bangun, sudah siang nihh...” kata mama dari luar.
“ma..........pliss dehh ma, inikan hari minggu, Bintang masih nagntuk nihh ma, mumpung nggak ada tugas kampus nihh ma”
“Sebaiknya kamu lekas mandi sayang, mama dan papa sebentar lagi mau berangkat”
Dengan langkah malas kubuka juga pintu kamarku.
“mama dan papa mau kemana ??”
“kami mau berangkat ke New York sayang, kok kamu lupa sihh..kan mama udah cerita kemarin lusa.
“astaga...kok aku bisa lupa sihh ma”
“dasar kamu ini, apa sihh yang kamu ingat sayang ?? sepertinya kamu mulai terserang penyakit pikun yaa ??”
“ihh...mama apa-apain sihh”gerutuku.
“hahaha..mama bercanda sayang, ya sudah mandi sana.....ikut anterin mama dan papa ke bandara ya”
“okelah ma”
Setelah mandi dan sarapan bersama, aku pun ikut menagntar kepergian mama dan papa menuju New York. Papaku seorang bussinesman dan selalu bepergian ke luar kota bahkan ke laur negeri. Mama dengan setia selalu mendampingi papa saat papa bekerja. Sementara aku ?? aku ditinggal sendiri di rumah, hanay dengan mbok inem, pembantu kami yang sudah kami anggap layaknya saudraa sendiri, dan pak Slamet sopir setia keluargaku sekaligus suami mbok inem. Aku selalu merasa sepi di rumah, terkadang aku memikirkan mengapa aku terlahir sebagai anak tunggal ??
Sesampainya di bandara Juanda
“jangan nakal yaa sayang... baik-baik ya selam di rumah” nasihat papa.
“mama janji bakal sering menelponmu, agar kamu nggak kesepian”
“tapi...tetep aja ma, Bintang butuh teman untuk ngobrol”
“kan ada mbok Inem dan pak slamet di rumah” kata papa.
“tapi..kan pa.....”
“ssstt....sudahlah sayang. Kami tidak akan lama kok, jaga diri kamu baik-baik ya sayang, kalau ada apa-apa segera hubung mama atau papa” ucap mama sembari membelai rambutku.
“baik ma.”
“kami sayangggg....... sama Bintang” ucap mama papa bersamaan.
Aku pun memeluk mama dan papa “Bintang juga sayang...sama mama dan papa, sayanggg banget”
“kami berangkat ya sayang” kata mama.
Hanya sepi kini yang menyelimuti tubuhku. Aku pun meminta pak Slamet untuk mengantarku pulang.
Tak terasa, sudah 2 minggu papa dan mama meninggalkanku di rumah hanya dengan mbok Inem dan pak Slamet. Hari ini mama dan papa akan pulang. Aku pun bersiap-siap menyambut kedatangan mereka.
Sesampainya di Bandara...
“mama....papa......., Bintang kangen sama kalian” ucapku manja.
“hay sayang...apa kabar ?? baru juga di tinggal 2 pekan. Udah kangen” timpal papa seraya mengecup keningku.
“bagaimana keadaan rumah sayang ?? baik-baik aja kan ?? kamu merepotkan mbok Inem dan pak Slamet nggak ??” tanya mama, bak mengintograsi maling.
“ihh mama apa-apaan sihh, bintang nggak ngrepotin mbok Inem dan pak Slamet kog, iya kan pak ??” tanyaku pada pak Slamet.
“ohh..ehhmm..enggak kok nyonya, non Bintang sam sekali nggak merepotkan kok.” Jawab pak Slamet seraya memasukkan koper-koper mama ke dalam bagasi mobil.
“ya sudahh..ayo kita pulang, tadi mbok Inem udah nyiapain makanan untuk mama dan papa” timpalku lagi.
Mobil yang kami kendarai pun segera meluncur memecah jalanan di kota pahlawan ini, yang pada siang ini tidak begitu padat apalagi macet.
4 hari kemudian.....
“pa....memangnya perjodohan anak kita dengan anak teman papa itu jadi ya??” tanya mama suatu malam pada papa di ruang tamu.
“tentu jadi donk ma, kan papa tidak mau anak kita satu-satunya itu, jatuh di tanagn lelaki yang nggak jelas asal-usulnya” jawab papa ringan.
“bagus kalau begitu pa, tapi.....” pertanyaan mama menggantung.
“tapi apa ma ??”
“ini kan bukan jamannya siti nurbaya lagi, kalau nanti Bintang nggak setuju gimana donk pa ??”
“nggak mungkin ma, Bintang pasti menyukai anak teman papa ini. Udah cakep, seorang pengusaha muda yang sukses pula. Kurang apa coba ??”
“ehmm....tapi hati itu kan nggak bisa dipaksakan pa, tapi mama mendukung sajalah rencana papa. Asalkan yang terbaik untuk Bintang”
Percakapan mama dan papa barusan membuatku ngilu dan terkejut. Aku sengaja bersembunyi sambil mendengarkan perkataan mama dan papa barusan. Berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa perkataan mereka hanyalah lelucon belaka. Atau semua ini hanyalah mimpi belaka, bila ini mimpi aku berharap segera bangun dan tidak berharap emmeimpikan hal ini lagi. Namun sia-sia saja usahaku, karna ini NYATA bukan mimpi. Terbersit rasa berontak di hatiku. Benar kata mama ini bukan lagi jaman siti nurbaya, aku sudah beranjak dewasa dan berhak untuk menentukan pilihan hidupku sendiri. Aku bukan lagi anak kecil. Tiba-tiba.....
“Bintang...bintang....papa mau ngobrol sama kamu sebentar, kamu sibuk ya??” teriak papa. Beliau tidak menyadari bahwa semenjak tadi aku berdiri mematung di tangga.
“ehmm....i..ii..iya pa , bentar” jawabku gelagapan. Aku pun segera menuruni tangga dan duduk di antara kedua orangtuaku.
“Ada apa pa ?? kog tumben papa ngajak Bintang ngobrol serius begini”
“karna ini penting untuk masa depanmu sayang”.jawab papa. Masa depan ??? apakah yang hendak orangtuaku bicarakan ?? tentang studikah ?? tentang pekerjaan kah ?? atau jangan-jangan.....”
“oya ?? tentang apa pa ??”
“papa berencana akan menjodohkan kamu dengan anak teman papa. Kemungkinan minggu depan mereka akan berkunjung kemari. Jadi papa harap kamu menyetujui rencana papa ini. Karna ini juga papa lakukan demi kamu sayang” jelas papa
“a...a..apa papa bilang ?? papa pasti bercanda yaa ?? hahaha...lelucon yang bagus pa” jawabku denagn tawa yang dipaksakan.
“tidak sayang, papa serius dengan pembicaraan papa barusan”
“tapi kan pa, ini bukan jaman siti nurbaya lagi. Emang masih ada yaa jodoh menjodohkan anak ?? Enggak pa Bintang nggak mau” ucapku terisak.
“sayang...ini demi kebaikanmu” ucap mama lembut.
“enggakk...pokoknya enggak mau...Bintang nggak mau, Bintang benci dipaksa”
“Ini sudah keputusan papa Bintang. Kamu harus menurutinya !!” bentak papa tegas.
“tapi pa.....” aku tidak dapat melanjutkan kalimatku, karena kupikir percuma berdebat dengan papa.
“tidak ada tapi – tapian bintang”
Aku segera berlari, meninggalkan kedua orangtuaku. Aku menangis sejadi-jadinya di kamar. Aku merasa bagaikan anak kecil yang tidak mampu berbuat apa-apa dan harus mentaati setiap perkataan orangtuaku.
Tok-tok-tok
“Bintang sayang...mama boleh masuk ??”
Aku tidak menjawab panggilan mama, dan mama terus menerus merayuku untuk membukakan pintu, hingga hatiku luluh juga untuk membukakan pintu untuk beliau.
“kenapa mama dan papa melakukan ini ?? Bintang sudah besar ma, Bintang bukan anak kecil lagi. Bintang ingin menentukan hidup Bintang sendiri. Termasuk pendamping hidup Bintang kelak” curhatku kepada mama.
“mama tahu sayang, ini mungkin terasa begitu berat bagimu. Tapi tujuan papamu itu untuk mencari yang terbaik bagimu sayang. Papa dan mama tidak rela bila malaikat satu-satunya ini jatuh ke tangan laki-laki yang salah”
“Memang ma, selama ini Bintang belum pernah mengenalkan teman spesial kepada mama ataupun papa. Karna memang sampai sekarang Bintang belum menemukan orang yang tepat. Bintang janji, Bintang tidak akan sembarangan memilih pasangan hidup ma, asal jangan menjodohkan Bintang”
“sayang.....mama tahu dan mama percaya padamu. Namun ini sudah menjadi permintaan papamu sayang. Papamu ingin sekali melihat kamu berjalan menuju altar dengan pria yang benar-benar tepat bagimu.Tidakkah kamu ingin menuruti keinginan terkahir papamu ini sayang ???”
“Keinginan terakhir ?? ma..mam..maksud mama apa ??”
“Setelah kamu tidak lagi bersama kami, kamu tentunya tidak akan menuruti keinginan kami lagi sayang. Mama dan papa juga tidak bisa seenaknya menyuruhmu ini itu lagi. Karna kamu sendirilah yang akan menentukan hidupmu”
Keesokan harinya.....
Kejadian semalam masih terus menerus membanyangiku. Hingga tiba-tiba saja sebuah pikiran yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya terlintas dibenakku. Kabur dari rumah. Yaa pikiran itu kini mulai mengahantuiku. Tidak-tidak aku tidak boleh melakukan itu. Aku tidak ingin membuat orangtuaku kecewa. Aku tidak mau disebut anak durhaka.
Beberapa hari kemudian....
Pikiran jelekku untuk kabur dari rumah terus menerus menhantuiku beberapa hari ini. Bahkan semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya, tekadku telah bulat. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Apalagi melihat sikap papa yang terus menerus mendesakku untuk menuruti keinginannya. Dan mama ?? mama tidak pernah sedikitpun mau memperjuangkan aku. Padahal mama sendiri tidak begiru setuju dengan rencana papa atas perjodohan ini. Namun sudahlahh...tohh tidak akan ada yang mendengar suara hatiku.
Aku berjalan, dan terus berjalan tanpa arah tanpa tujuan. Hanya mengikuti langkah kaki ini. Aku merasa asing dikota kelahirannku ini. Padahal aku lahir dan besar di kota ini kota pahlawan tercinta ini. Namun belum pernah aku sendirina menyusuri jalanan dikota ini seorang diri. Karena dari kecil bila mau kemana-mana ada pak Slamet yang selalu setia menemaniku. Jadi aku tidak pernah bersentuhan dengan kendaraan umum. Aku pun berhenti di sebuah halte bus yang sepi. Hanya ada aku dan seorang pria asing yang berpakaian layaknya preman. Ataukah itu memang preman ?? Entahlah aku berusaha berfikir positif. Namun sesuatu yang buruk terjadi........
“ehh......maling-maling...TOLONG...TOLONG......TOLONG......” aku berteriak histeris saat tas yang kubawa di bawa kabur oleh preman tersebut.
Dan Tuhan pun menolongku. Ada seorang pria yang kebetulan sedang melintas, lantas mengejar preman tersebut. Perkelahian pun terjadi antara preman dan pemuda tersebut. Pemuda tersebut berhasil merebut tasku dari tangan sang preman berkat keahlian bela dirinya.
“ini tasmu...lain kali hati-hati ya” ucap pemuda itu ramah. Kalau dilihat – lihat, pemuda ini keren juga. Dan umurnya pun aku perkirakan hanya 2 tahun diatasku.
“ehmm...i..i..iya..makasih banyak ya....ehm....sorry nama kamu siapa ??” tanyaku seraya mengulurkan tangan
“oh..namaku Arga. Kamu ??” jawab arga seraya menerima uluran tanganku
“aku Bintang. Sekali lagi makasih ya arga” ucapku tulus.
“iya..sama-sama...ehmm...by the way, kamu mau kemana bin ??”
“ehmm....engg..enggak tau ga, aku bingung”
“hah ?? what ?? bingung....bingung gimana maksudmu ?? kamu kesasar yaa ??”
“bukan...bukan gitu......sebenarnya aku....” Entah emnagpa saat itu aku ingin sekali menceritakan semua masalahku, aku pun menceritakan pada Arga. Walau kami baru saja bertemu, namun sikap ramah Arga membutaku nyaman untuk menceritakan semuanya.
“ehmm....begitulah ga” ucapku mengakhiri cerita.
“ohh...lalu kamu mau kemana dan mau ngapain sekarang ??”
“entahlah ga, aku sendiri bingung. Menurutmu aku harus gimana ??”
“ehmm......ikut gue yukk”
“kemana ???”
“kita jalan-jalan, tapi naik angkutan umum, mau nggak ?? gue yang bayarin dehh.....ya siapa tahu bisa menghibur hatimu sejenak”
“ehmm....boleh....lagian aku juga belum pernah naik, angkutan umum. Bus kota maupun kendaraan umum lainnya”
“astaga ???? kamu memang anak rumahan yaa...ya udah dehh, gue nitipin sepeda motor gue dulu yaa”
Aku dan Arga pun menghabiskan waktu bersama sepanjang siang, kami jalan-jalan di taman bungkul, mengunjungi tugu pahlawan, dan lain sebagainya. Ya Arga benar, aku bisa melupakan sejenak masalahku.Hingga tak terasa hari telah malam. Saat itu kami sedang di sebuah taman kota, memandang indahnya langit malam surabaya.
“pulang yukk.....udah malam nihh, aku antar kamu pulang yaa” tawar Arga.
“hah ??? tapi ga......”
“kenapa ?? kamu mau tidur di jalanan ??? enggak kan ?? makanya pulang yukk”
“Kalau ntar mama dan papa marah gimana ga ??”
“Bintang...denger yaa, segala yang kita perbuat, apapun keputusan kita selalu ada resiko yang mengiringinya. Dan kamu harus belajar untuk bertanggung jawab atas keputusanmu” nasihat Arga.
aku meresapi kata-kata Arga barusan. Memang benar apa yang diaktakan Arga barusan. Aku harus belajar bertanggung jawab atas ulah dan keputusanku. Karna itulah yang akan membuat kita menjadi lebih dewasa.
“ehmm..baiklah ga, ayo kita pulang.....ehmm...kamu mau kan anterin aku pulang ??”
“boleh..kenapa enggak ?? “
Aku memutuskan untuk turun di depan gerbang perumahan rumahku saja. Aku takut bila Arga mengantarku smapai rumah, papa akan memarahi Arga dan melarang kami untuk berteman. Arga pun menuruti keinginanku. Setelah mengucapkan terima kasih, Arga berlalu dariku. Aku pun segera pulang, dan meminta maaf kepada kedua orang tuaku. Aku sudah siap dengan segala resikonya nanti bila papa memarahiku karna aku kabur dari rumah, namun yang terjadi justru sebaliknya.
“astaga Bintang sayang..dari mana aja kamu sayang ?? mama dan papa khawatir sama kamu” ucap mamaku, setelah melihat kepulanganku.
“ehmm....maafin Bintang ya ma, pa, nggak seharusnya Bintang bertingkah kayak anak kecil gini. Bintang sadar kalau.......”
“sudahlah sayang, seharusnya papa yang harus minta maaf, papa terlalu egois sama kamu. Tapi itu semua papa lakukan demi kamu sayang”
“Bintang tahu pa, maka dari itu.....ehmm Bintang mau kok rencana perjodohan itu dilanjutkan” ucap Bintang setengah berat hati.
“be..benarkah itu sayang ???? wow.....itu baru anak papa” kata papa lantas memelukku.
Keesokan harinya di rumah Arga.....
“woe....loe kenapa bro bengong aja dari tadi ??” tanya Alex.
“eh..ehmm..enggak kok kak, nggakpapa.hehehe” jawab Arga cengengesan.
“Huuu...pasti boong, kalau nggakpapa kog senyum-senyum dari tadi....loe lagi kasmaran yaa ??” selidik Alex
“hah ???ehmmm.....gimana ya ?? gue sendiri juga bingung kak.”
“kok bingung ??”
“Jadi gini kak, tadi siang.........” Arga pun menceritakan peristiwa yang ia alami tadi siang bersama Bintang. Mulai dari awal mereka bertemu, sampai akhirnya Arga mengantar Bintang pulang. Semua ia ceritakan pada Alex, kakak semata wayangnya.
“owh..jadi gitu, pantesan loe senyum-senyum aja dari tadi. Oya anyway dia cantik nggak ?? dia amu nggak sama loe ?? kalau ogah, biar sama gue aja. Gimana tuhh bro ??”
“ishh..kakak apa-apain sihh, dia bukan mainan taukk. Lagian kakak ngapain masih nyari cewek sihh ?? bukannya papa udah menjodohkan kakak sama anak temen papa ??”
“yaa itu sihh...kalau dia amu, kalau dia ogah gimana coba ?? gue sihh nyantai bro”
“yee....oya kak, Bintang itu unik kak, dia beda sama cewek yang lain”
“waduhh..kayaknya ada yang lagi jatuh cinta pada pandangan pertama nihh..hahhahah”
“Biarinn.....kakak sirik aja”
Hari Minggu Malam, 2 minggu pasca peristiwa kaburnya Bintang
Hari ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu oleh papa, namun tidak demikian dengan aku. Walaupun aku telah menyatakan mau untuk mealngsungkan perjodohan ini, namun hatiku masih menolak untuk mengatakan ‘yes i do’.
“sayang...buruan dandannya, bentar lagi Om Rama dan keluarganya datng lho” teriak mamaku dari luar kamar.
“ii..iiya ma, bentar”
Tak lama kemudian keluarga om Rama pun tiba, Papa tampak berbasa-basi dengan om Rama, aku pun berusaha ramah dengan beliau. Karna aku tidak ingin membuat papa malu.
“kenalkan pak ini anak saya, Bintang” ucap papa memperkenalkanku.
“Malam om, tante....saya Bintang”
“wah wah...kamu cantik sekali bintang, tidak ada yang berubah ya kamu. Waktu masih kecil dulu kamu cantik, sekarang malah makin cantik” puji Om Rama.
Om Rama pun memanggil seseorang, untuk masuk. Dan betapa terkejutnya saat aku mengetahui sosok pemuda yang belum hilang dari ingatanku. Arga
Argaa.....” ucapku.
“Bin..bintang”
“Kog...elo disini ???”
“ehmm...gue ikut bokap gue, kalau elo ??”
“ini rumah gue ga, ja ja jadi selama ini papa mau menjodohkan Bintang dengan Arga ??” tanyaku pada papa.
“ehhmm....ini salah paham bintang, om mau menjodohkan kamu sama Alex, anak om yang pertama.”
Aku pun berlari, keluar dari ruang tamu, aku pun menangis di teras depan rumahku”
“gu..gue nggak tau kalau ini rumah elo, dan gue nggak tahu kalau bokap gue mau jodohin elo sama kak Alex”
Aku pun masih menangis saat Arga menyusulku ke teras.
“so...sorry kalau gue ganggu kalian berdua. Tapi gue Cuma mau jelasin. Jadi ini ga cewek yang namanya Bintang yang elo ceritain ke gue kemarin ??” tanya Alex pada Arga.
“iya kak”
“ehmm...dia lebih cocok sama elo dehh, lagian dia nggak suka kan sama gue ?? iya kan bin ??”
“hah...bu..bukann gitu kak....”jawabku terbata-bata/
“ssstt....gue tahu kok. Kalian itu emang udah seharusnya dipersatukan. Oke ?? sekarang gini dehh, gue bakal bilang ke papa kalau Bintang milik loe, bukan gue. Lagian kan dari awal gue juga udah bilang, kalau gue nggak begitu ‘ngeh’ sama ni rencana. Binatng bukan tipikal gue” jelas Alex.
“jadi ??? kakak.....”pertanyaan Arga menggantung.
“udahh...yukk kita masuk, gue mau bilang ke papa”
“ehmm...pa ma, Alex minta maaf sebelumnya, kayaknya yang mesti dijodohin itu Arga deh, bukan Alex. Karna Arga yang sayang sama Bintang, bukan Alex. Dan tampaknya Bintang juga suka sama Arga. Mereka cocok lhoh” Alex memberikan pengumuman.
“ehhmm....mohon maaf pak sebelumnya. Aduhh saya jadi tidak enak sama keluarga anda. Tadikan yang mau dijodohkan putri bapak dengan Alex, namun Argalah yang menyukai putri bapak” ucap om Rama sedikit sungkan kepada papa.
“ohh..tidak apa-apa pak, dengan Alex amupun dengan Arga, bagi keluarga kami itu sama saja, asalkan Bintang bahagia. Sekarang bagaimana denganmu Bintang ??” jawab papa
“ehmm...bintang...mau kok pa, kalau sama Arga. Arga jugalah yang menolong Binatng beberapa waktu lalu” ucapku malu-malu.
“nahh....dengan demikian gue harap elo bisa bahagiain Bintang bro, jangan kecewain dia. Oke ??” kata Alex, seraya menaytukan tanganku dengan tangan Arga.
“gue janji...bakal buat dia bahagia” jawab Arga tegas.
Semua yang hadir pun ikut merasakan bahagia yang tengah kurasakan kini. Sepertinya Tuhan menjawab doa papa.

SEKIAN

2 komentar:

ME mengatakan...

uhuhuhuu :')

Ananias Ayunda Primastuti mengatakan...

it mean you like it ???