“Cikkaaaaaaaaa honey.......” teriak seorang cewek putih
dengan tinggi bak seorang foto model. “Finta, bisa nggak sihh elo nggak teriak
teriak.....gue nggak tuli tauu” sahut seorang gadis sporty bernama Cika
tersebut. “hehehehe.....sorry cika sayang..habis gue lagi seneng
nihhh....”jawab gadis bernama Finta tersebut seraya merangkul pundak Cika.
“pasti yang bikin elo happy nggak jauh-jauh amat dari makhluk bernama Cowok,
iya kan ??” tebakku. “Exactly...hahahaha, tau aja loe, cik. Gue seneng banget
cik, akhirnya Rizky ngajak gue dinner ntar malem. Seneng banget gue” cerita
Finta seraya memasang wajah imutnya, pipi putihnya perlahan berwarna merah.
“tuhh kann...ya selamat dehh” jawabku akhirnya.
Mungkin terkesan cuek atau benci jawabanku barusan. Tapi
sungguh aku tidak benci ataupun cemburu dengan Finta, apalagi ia sahabatku. Aku
menjawab demikian karena aku bingung harus mengatakan apa. Untungnya Finta
tidak emnyadari hal tersebut, buktinya ia segera ngloyor pergi dari kantin
kampus. Aku pun memilih melanjutkan kegiatanklu sebelum Finta datang tadi,
yaitu menulis cerita di blog pribadiku.
Perkenalkan namaku, Teresia Jesica. Namun teman-temanku
menyapaku dengan nama Cika. Aku seorang mahasiswi di San Cristoforo University
dengan jurusan Public Relation, kini sudah memasuki semester ketiga. Sahabatku
bernama Finta merupakan gadis feminim yang pandai bergaul dan senang berdandan.
Ia di anugerahi tubuh yang ramping nan mulus sehingga menunjang kariernya
sebagai seorang foto model. Finta juga mengambil jurusan yang sama denganku.
Akhir-akhir ini Finta tengah dekat dengan seorang pria bernama Rizky, aku belum
tahu pasti dengan gebetan Finta yang satu ini, bahkan Finta tidak pernah
sekalipun memberiatahuku foto Rizky.
*******
“Cikaaa.......dinner semalam sukses, hahaha...aku tidak
menyangka Rizky orangnya humoris, sepertinya aku mulai kagum dengannya” curhat
Finta.
“bagus dong.....oya anyway, gue belum tahu tuhh wajah Rizky
seperti apa, loe nggak pengen ngasih tau gue ??” tanyaku. “ehmmm...boleh....aku
juga baru dapet fotonya, ini nihh” jawab Finta seraya menunjukkan foto Rizky di
ponselnya. “Astagaaa.....benarkah dia ????”kataku dalam hati, Mungkinkahh
itu........kalimat itu menggantung begitu saja di benakku.
“heyy..kok nglamun sihhh..gimana ?? keren nggak ??” tanya
Finta seraya membuyarkan lamunanku. “ohh..ehh..ehmm yaa lumayanlah...keren kok
keren...cocok denganmu fin, kalau udah jadian jangan lupain gue yaa.hahahha”
jawabku akhirnya. “Cika honey.....gue nggak bakal nglupain elo...lagian gue
juga belum tau pasti bakal gimana hubungan kita nantinya, yang jelas gue
berharap kita bisa jadian.....tapi...ahh sudahlahh, gue pengen jalani apa
adanya dulu cik” cerita Finta panjang lebar. “ohh...iya fin, ikuti kata hati
loe aja. Biarin semuanya mengalir” jawabku.
*******
Malam minggu ini, Finta mengajakku hang out ke mall, ya
sekalian refreshing dan cuci mata. Finta juga akan mengajak Rizky untuk
bergabung bersama dengan kami, Finta berencana mau mengenalkanku dengan cowok
yang saat ini tengah dekat dengannya. Aku pun segera menyetujuinya, bukan
karena apa tapi karena aku ingin menjawab rasa penasaranku dan terlebih
memastikan Rizky yang sedang dekat dengan Finta bukan Rizky yang ada dalam
cerita masa laluku.
******
Malam hari, di sebuah food court di mall
Karena Rizky ada urusan mendadak, akhirnya ia meilih untuk
menyusul kami di food court tempat kami biasa nongkrong. Dan betapa terkejutnya
aku saat melihat sosok pemuda berpostur tinggi, berbadan atletis dengan gaya
coolnya menghampiri kami berdua. Tidak salah lagi....ya itulah dia, Rizky
Fahrezi. Cowok yang pernah mengajarkanku untuk belajar merelakan sesuatu demi
orang lain. Rizky merupakan cerita termanis sekaligus terpahit bagiku. Kini
setelah kurang lebih 4 tahun aku tidak bertemu dengannya, aku masih bisa
mengenali dengan baik siapa dia, senyumnya, tatapan matanya. Ohhhh tatapan
itu...aku rindu sekali.
“hay..sorry ya nunggu lama, ada urusan kampus tadi” sapanya
kepada kami berdua.
“ohh.....iya nggak papa lagian kita juga belum lama, iya kan
Cik ??” tanya Finta sambil menyenggol lenganku meminta persetujuan dari ku.
Karena terlalu terpesona dengan penampilan Rizky yang sekrang aku hampir tidak
menyadari bila Finta memanggilku sedari tadi. “ohh..eg.....ehhmm..iiii..iiyaa
kok, hehehe” jawabku tergagap-gagap karena kaget. “ehy...elo tuu nglamun aja
dehh cik...bener-bener ya loe tuhh, oya Riz kenalin ini sahabat baik gue
namanya Cika, dia satu jurusan dengan gue di San Cristoforo. Ehmm Cik kenalin
ini Rizky” jelas Finta meemperkenalkan kami berdua. Aku pun menyambut uluran
tangan dari Rizky. Tangannya yang kekar menggenggam kuat jemariku. Namun,
tersirat sedikit kekecewaan dalam diriku, karena Rizky tidak menyadari siapa
aku ini, ahh sudahlahh mungkin ia sudah melupakannku dan menganggapku hanyalah
bagian dari masa lalunya saja. Kami bertiga menghabiskan sisa malam dengan
mengobrol di food court tanpa berminat untuk jalan-jalan atau keluar dari food
court tempat kami makan.
******
Semenjak pertemuan di food court itu, kami bertiga sering
menghabiskan waktu untuk ngumpul, sekedar hang out ke mall, atau makan siang di
food court atau nonton. Dan ini membuatku semakin akrab dengan Rizky, dan itu
berarti mengingatkanku akan kenangan masa laluku. Entah mengapa aku sangat
tersiksa dengan semua ini, bisa mengahbiskan waktu dengan Rizky adalah bagian
yang kusukai, namun mengingat Finta sedang jatuh hati dengan Rizky dan berharap
banyak dengannya membuatku ngilu. “ohhh Tuhan.....akankah terulang kembali
kejadian di masa laluku ??? aku harap tidak ya Tuhan” kataku dalam hati bila
mengingat kebersamaan kami bertiga.
Rizky juga sering menghubungiku, mengajakku nonton atau
sekedar hang out walaupun Finta sedang sibuk ia tetap mengajakku pergi. Dan
sungguh aku tak kuasa untuk menolaknya, setiap kami hang out hanya satu doaku
“semoga Finta tidak salah paham dengan semua ini”. Aku tidak ingin membuat
Finta kecewa karna sikapku. Aku tidak ingin Finta menyangka bahwa aku hanyalah
seorang pengkhianat, atau bahasa para ABG sekarang Teman Makan Teman. Tidak
terima kasih, aku sungguh tidak ingin mendapat gelar tersebut.
******
Cik.....ntar sore
temenin nyari buku di gramedia dong...yaa..bisa kan ?? kujemput pkl.18.00 .
Pesan singkat Rizky kepadaku.
Ehmm...boleh......Finta
ikut kan ?? balasku.
Nggaklahh..nagapain
ikut, lagian aku lagi pengen keluar sama elo doang kok. Finta juga lagi ada
pemotretan tuhh katanya tadi. Balasnya.
Oke, I’ll wait you. Balasku
akhirnya. Ada rasa senang sekaligus cemas di dalam diriku. Namun aku berusaha
mengabaikannya.
Tepat pukul 18.00 Rizky tiba di rumahku. Benar-benar tidak
berubah. Sejak dulu ia selalu on time bila sudah membuat janji dengan
seseorang. Ia tidak pernah mengingakri janji yang ia buat. Tunggu tidak pernah
mengingkari janjinya ?? kurasa tidak berlaku padaku. Buktinya ia sudah
melupakan janji yang pernah ia buat untukku di masa lalu.
“ yukk..buruan, keburu malam nihh” ajaknya saat kubukakan
gerbang rumah. “ternyata kamu tidak berubah ya ky” jawabku tanpa kusadari. Ohh
tidak aku tidak emnyadari kata-kata itu keluar dariku. “hey, gue tipe cowok
yang mengahrgai waktu tau” jawabnya singkat.
Hanya obrolan yang menurutku basi yang menemani perjalanan
kami, setelah membeli buku di Gramedia, Rizky mengajakku makan di sebuah cafe,
cafe yang sudah lama sekali tidak pernah kukunjungi. Entah sudah berapa lama aku
tidak menginjakkan kakiku disini. Taka banyak yang ebrubah dari cafe ini. Cafe
yang merupakan tempat favoritku untuk nongkrong semasa SMA dulu.
“lhohh..tumben loe ngajak gue kesini” tanyaku ketika kami
tiba di cafe. “hahahaha....gue mau nostalgia dengan masa SMA gue, gue pengen
mengingat dan merasakan ekmbali masa-masa itu, masa dimana aku jatuh cinta pada
seorang gadis sporty berwajah lucu” jawab Rizky seraya mengacak rambutku. Aku
terkejut dengan jawaban Rizky dan juga sikap Rizky barusan. Mangacak-acak
rambutku ?? tunggu itu kebiasaannya sewaktu SMA.
“Cik......ehmm, gue mau nanya sesuatu sama elo, elo lupa ya
sama gue ????” tanyanya. “hah ?? apa ?? lupa sama loe ?? mana mungkin gue lupa
Rizky. Elo kan.....” aku tidak melanjutkan kalimatku. “gue apa cik ???? jadi
elo masih ingat dengan janji kita dulu, sewaktu SMA”tanya Rizky lagi, kali ini
dengan wajah mulai cemas. “janji yang mana ?? terlau banyak janji Riz, tapi
satu janji elo yang slalu gue ingat...”.
“I always been with you Cika” sahutnya tiba-tiba. Sontak aku
terkejut, janji itu.....ternyata, ia masih mampu mengingatnya dengan baik.
“Cikk.....dengerin gue, oke gue cukup terkejut dengan ini semua. Gue nggak tau
kalau Finta adalah sahabat elo, dan lewat dia juga gue bisa nemuin elo lagi.Cik
gue nyari elo kemana-mana, gue bingung, gue lost contact dengan elo...gue
berusaha ngontact elo, tapi gue slalu gagal, dan sampai akhirnya gue kenal
Finta dan gue bisa ketemu dengan elo.” Ceritanya. Woww jujur aku cukup
tersentuh mendengar ceritanya, katanya dia mencariku selama ini, benarkah
demikian ?? atau ini hanya tipu muslihatnya saja, entahlahh..ingin sekali
kupercayai semua perkataan Rizky, namun peristiwa itu, saat ia tiba-tiba pergi
entah kemana, setelah menggoreskan luka di dalam hatiku, rasa-rasanya aku harus
waspada. “fuallaaaaa......gue cukup terharu mendengarnya” kali ini mulutku yang
berbicara. Aku tidak percaya akan mengatakan demikian.
“Cik gue tau gue salah...gue tau” jelasnya. “bagus kalau elo
susah sadar”jawabku cuek sampil menyuap kue. “Cikaaaa.....gue minta maaf, gue
tau elo masih marah dengan gue, tapi sungguh gue tersiksa dengan keadaan saat
itu, semua terasa memojokkan.” Pintanya dengan raut wajah memohon. “Dan lebih
memilih untuk pergi.........membiarkanku bertanya-tanya tentang keadaanmu, membuatku
tersiksa” jelasku setengah membentak. “Tapi kamu yang menyuruhkupergi
Cikaa.....”jawab Rizky tak mau kalah. Sontak aku terkejut, air mataku mulai
meleleh, benarkah aku yang melakukannya ?? mengusir orang yang kusayang ??? aku
tidak percaya melakukan itu.Rizky mengenggam tanganku. “cik......elo pernah
bilang ke gue, elo nggak mau nyakitin hati sahabat elo sendiri, untuk itu elo
memilih untuk mengalah, merelakan gue demi sahabat yang elo sayang. Secara
nggak langsung elo ngusir gue cik......karna gue sayang sama elo, gue memilih
menuruti permintaan mulia elo”
Air mataku pun tak dapat kubendung lagi. Sakit rasanya bila
mengingat masa-masa itu. Sewaktu SMA aku pernah mempunyai sahabat bernama
Sandra, dan Rizky pun siswa baru di sekolah. Sandra amat menyukai Rizky, namun
aku juga mempunyai perasaan yang sama kepada Rizky. Dan sebaliknya Rizky juga
mempunyai perasaan yang sama kepadaku.Tanpa kusadari aku semakin akrba dengan
Rizky hingga aku tidak emnyadari bila ada Sandra diantaraku dan Rizky. Sandra pun
begitu marah bahkan membenciku, Gelar Teman Makan Teman pun kuterima, Karena
tidak ingin mempunayi musuh apalagi
berasal dari sahabat sendiri, aku pun berusaha menajaga jarak sejauh mungkin
dengan Rizky....hingga akhirnya Rizky memilih untuk pergi.
“Gue bingung........waktu itu situasinya runyam ky....gue
nggak mau punya musuh ky, gue nggak mau mentingin ego gue” jawabku di sela isak
tangis.
“Gue ngerti kok cik..gue ngerti.......untuk itu gue memilih
utnuk pergi dari elo, dan di waktu yang sama pula bokap gue dipindah tugas ke
Paris. Gue pun ikut bokap dengan terpaksa cik..terpaksa..tapi demi elo.....gue
berangkat juga....dengan harapan elo bisa baikan dengan Sandra dan suatu ketika
nanti kita akan dipertemukan lagi”
Jujur aku begitu tersentuh mendengar penjelasan Rizky,
selama ini aku senidiri lahh yang membuatnya pergi, menjauh. “Tapi...ky, sorry
gue nggak bisa...gue nggak mau nyakitin Finta ky, gue nggak mau buat sahabat
gue kecewa untuk kedua kalinya. Finta teman baik gue ky.......geu nggak mau
ngrebut kebahagiaan dia” kali ini mulutku yang berbicara. Aku pun lebih tenang
menjawab pertanyyaan Rizky walau rasa sesak di dada belum juga hilang.
“Cikaaa..gue dengan Finta nggak ada apa-apa, kita Cuma temen nggak lebih dari
itu. Gue kenal Finta dari kakak gue Reza yang merupakan fotografer. Finta
tergabung sebagai model, dari situ geu kenal sama dia.Dan walaupun gue akrab
dengan Finta tapi gue nggak punya rasa apa-apa dengan dia cik. Asal elo tau cik
elo itu Kepingan Cinta Lalu gue yang sempat hilang......” jelas Rizky.
Penjelasan Rizky membuatku terenyak. Seolah-olah untuk segera memepercayainya.
“dan...cik maukah kamu menjadi kepingan cintaku dimasa depan ????” tanyanya.
“Yang dikatakan Rizky itu benar cik......” suara merdu
seorang cewek yang sudah tidak asing ditelingaku mengatakan hal tersebut.
“Fintaaaa........so..sorry fin...bukan maksud gue.....” jawabku tergagap karena
terkejut melihat kehadiran Finta.
“Cika honey........elo mesti percaya dengan Rizky, geu tau
kalu Rizky itu sayang sama elo cik.....dan jujur sebenarnya gue juga nggak
punya rasa apa-apa dengan Rizky. Setelah berkenalan dan berkerja sama dengan
Reza yang merupakan kakak Rizky, hubungan gue dengan Rizky semakin akrab, dia
pun cerita tentang elo. Jadi elo kudu percaya sama apa yang dia bilang” jelas
Finta seraya memelukku
Finat pun emnjelaskan semua, awal perkenalannya dengan Rizky
hingga rencana malam ini, semua Rizky yang menyusun. Finta berusaha menuruti
permainan Rizky karna ia ingin sekali emlihatku bahagia. Aku tidak percaya.
Finta dan Rizkylah dibalik semua ini.
“Cik.....will you be mine ???” tanya Rizky disertai
tatapannya yang begitu teduh.
“Yes..I will” aku
tidak percaya semua ini, namun inilah yang terjadi. Kini kepingan cinta Laluku
telah berhasil kutemukan. Dan aku tidak akan menghilangkannya apalagi
membuangnya. Rizkylah yang mengajariku untuk merelakan sesuatu yang sangat kita
sayang dan amat kita ingin miliki, dan berhasil untuk kumiliki di saat waktunya
telah tepat.
SEKIAN
4 komentar:
Nice mak :D tapi ceritane mirip karo sg cerpen mu sebelum e
makasihh mak :D ({}) !!! iyaa...soale ini termasuk cerpen lamaku mak, cuma dulu blm sempat nyelesaikan + aku bingung mau ngasih judul apa....
Cek Cek.. :D
@avian : yes ??? monggo komentnya :)
Posting Komentar